Senin, 29 April 2013

pestisida nabati



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya.
Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).
Pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (pestisida nabati). Pestisida nabati tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia.
            Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan percobaan tentang pembuatan pestisida nabati sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan oleh pestisida dari zat kimia.

1.2.  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum pembuatan pestisida nabati adalah untuk mengetahui teknik-teknik pembuatan pestisida nabati dan mengetahui manfaat pestisida nabati.
Kegunaan dari praktikum pembutan pestisida nabati adalah agar mahasiswa dapat membuat pestisida nabati sendiri setelah mengetahui teknik-teknik pembuatan pestisida nabati dan telah mengetahui manfaat dari pestisida nabati tersebut.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Sederhananya, pestisida nabati memiliki mekanisme kerja yang unik terhadap hama sasaran. Kata “unik” ini merujuk pada sebuah efek yang tidak berarti harus membunuh hama sasaran. Unik bisa berarti mengusir, memperangkap, menghambat perkembangan serangga/hama, mengganggu proses cerna, mengurangi nafsu makan, bersifat sebagai penolak, bahkan memandulkan hama sasaran (Anonim, 2013).
Ramuan pestisida nabati bisa ditelusuri dari sifat-sifat bahan baku yang akan dibuat dan karakteristik hama sasaran. Sifat-sifat bahan baku misalnya aroma dan racun (sifat, kadar) dari suatu bahan. Misalnya bawang merah dan bawang putih memiliki aroma yang tidak disukai hama tertentu. Biji bengkoang, daun mimba, akar tuba memiliki kadar racun yang bisa mengganggu hama sasaran (Anonim, 2013).
Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama serangga (Thamrin dkk, 2008)
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan musuhmusuh alami (Untung, 1993).
Secara ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di era sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas (Untung, 1993).
Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai keistemewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan, sehingga kerasakan lingkungan yang diakibatkannyapun diharapkan dapat dikurangi dan waktunya kerasakan lingkungan dapat diperlambat pula. Kegunaan Pemakaian Pestisida Nabati : Untuk meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat mengurangi kerasakan lingkungan; Untuk mengurangi biaya usahatani yang mana bahan pestisida nabati mudah didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun khususnya para petani; Tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan ternak peliharaan (Anonim, 2013).
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu  (Anonim, 2013)  :
  • merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
  • menghambat pergantian kulit.
  • mengganggu komunikasi serangga.
  • menyebabkan serangga menolak makan.
  • menghambat reproduksi serangga betina.
  • mengurangi nafsu makan.
  • memblokir kemampuan makan serangga.
  • mengusir serangga.
  • menghambat perkembangan patogen penyakit.

2.2. Kelebihan dan Ke kurangan Pestisida Nabati
Pada umumnya penggunaan pestisida kimia langsung dapat membunuh hama dan ini yang membuat petani senang karena terlihat langsung hasilnya setelah diaplikasi. Namun, dampak negatifnya mengakibatkan ikut matinya musuh alami yang merupakan sahabat petani. Untuk lebih jelasnya berikut perbedaan jika menggunakan pestisida nabati dan kimia dilihat dari kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pestisida Nabati
Pestisida Kimia
Kelebihan
·         Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani.
·         Relatif aman terhadap lingkungan.
·         Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman.
·         Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
·         Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
·         Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
·         Mudah didapatkan di kios pertanian.
·         Lebih cepat bereaksi pada tanaman yang diaplikasi.
·         Kemasan lebih praktis.
·         Tahan lama untuk disimpan.
·         Daya racun tinggi (langsung mematikan serangga).
Kekurangan
·         Daya kerjanya relatif lambat.
·         Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung.
·         Tidak tahan terhadap sinar matahari.
·         Kurang praktis.
·         Tidak tahan disimpan.
·         Cepat terurai.
·         Kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.
·         Terjadi resistensi (hama menjadi kebal).
·         Terjadi resurjensi (ledakan hama baru).
·         Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen.
·         Terbunuhnya musuh alami dan organism lain yang berguna.
·         Pencemaran lingkungan akibat residu kimia.
·         Tidak ramah lingkungan.
·         Harganya mahal.




2.3. Macam-macam Tanaman yang dapat digunakan sebagai Pestisida Nabati
Berikut ini beberapa jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai pestisida nabati, antara lain :
No
Nama Tanaman
Bagian Tanaman
Bahan Aktif
OPT sasaran
1
Jambu mete
Anaccadium odontinale
Kulit biji mete
Asam anakardat, cardamol, cardol, 2-metil cardanol
Hama penghisap
2
Wedusan
Ageratum conyzoides
Daun
Precocene I, prepocene II
Hama penghisap, ulat
3
Sirsat
Annona muricata
Biji
Alkaloid, asam amino, polifenol, minyak atsiri, acetogenin
Hama penghisap
4
Mimba
Azadirachta indica
Biji, daun
Azadirachtin, milentriol, salannin
Ulat, hama penghisap, nematoda, jamur
5
Tembakau
Nicotiana tabacum
Daun
Nicotiniod, anabarine, myosinine, piperidine
Hama penghisap, nematoda
6
Mindi
Melia azeoarach
Biji, daun
Margosin
Ulat, hama penghisap, nematoda, hama gudang
7
Kenikir
Cosmos caudatus
Daun
Terthienyl
Hama penghisap, nematoda
8
Brotowali
Tinospora tuberculata
Sulur
Alkaloida
Hama penghisap, hama penggerek
9
Legundi
Vitex trifolia
Daun
Bicucine, corlumedine, allocryptopie
Ulat, hama penghisap
10
Jarak pagar
Jatropha curcas
Biji
Reisin, alkaloid
Ulat, hama penghisap, nematoda
11
Jeringau
Acorus calamus
Daun
Arosone, kalomenol, kalomen, metil eugenol, eugenol
Hama penghisap
12
Pepaya
Carica papaya
Daun
Papain
Ulat, hama penghisap
13
Gadung
Dioscorea hispida
Umbi
Diosgenin, steroid, saponin, alkohol, fenol
Ulat, hama penghisap
14
Sirih
Chaviva auriculata
Daun
Fenol, kavokol
Hama penghisap
15
Pacar cina
Aglaia odorata
Daun
Minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonin, tannin
Ulat

Ekstrak mimba, gamal dan cengkeh telah banyak dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan jamur patognik tanaman ekstrak atau eugenol asal daun, bunga dan gagang cengkeh telah dibuktikan toksik terhadap F. oxysporum, F. solani, R. lignosis, P. capsici, S. Roflsii dan R. solani  Thielaviopsis paradoksa. Kombinasi penggunaan produk cengkeh dan kompos limbah tanaman telah terbukti dalam mengendaliakan penyakit busuk batang panili (BBP) antara 75 – 85% (Thamrin, dkk. 2008).
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera. Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin. Mengingat tanaman ini tersedia dalam jumlah yang relatif banyak, maka para ahli biologi di Indonesia sejak tahun 1980-an mulai banyak yang mencoba menggunakan ekstrak mimba untuk mengendalikan hama tanaman. Ekstrak mimba dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan air sebagai pelarut. Salah satu cara pengendalian hama di lapangan ialah dengan menyemprotnya pada tanaman. Konsentrasi penyemprotan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian hama dan produksi tanaman. Penyemprotan ekstrak daun mimba secara periodik dan tepat konsentrasi diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman termasuk sawi yang merupakan objek penelitian. Karena senyawa tumbuh-tumbuhan umumnya mempunyai tingkat residu yang pendek (singkat), sehingga kurang menguntungkan pada saat serangan hama yang berat (Untung, 1993).


BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) lantai 4, Universitas Hasanuddin pada hari Jumat, 22 Maret 2013 pukul 07.30 WITA sampai selesai

3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pestisida nabati adalah ember, pengaduk, dan isolasi atau lakban.
            Bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati adalah daun Mimba, gula merah yang sudah dicairkan, dan air serta sabun colek.

3.3. Prosedur Kerja
                  Adapun prosedur kerja pada praktikum pembuatan pestisida nabati ini adalah sebagai berikut :
·         Mencacah daun mimba
·         Setelah dicacah, masukkan daun mimba ke dalam ember lalu tambahkan air dan aduk-aduk
·         Menambahkan gula merah ke dalam larutan daun mimba.
·         Mengaduk hingga rata
·         Mengolesi sabun colek pada bagian mulut ember
·         Menutup ember, kemudian kembali diolesi dengan menggunakan sabun colek
·         Merapatkan tutup ember dan beri isolasi pada bagian pinggirnya agar udara tidak dapat masuk.
BAB IV
HASL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
No.
Gambar
Keterangan
1.

Daun mimba yang telah dicacah kemudian dicampur dengan air



2.

Proses Pengadukan




3.

Mulut ember diberi sabun colek dan ditutup    



4.

Penutup diberi lakban




-       Murah dan mudah dibuat oleh petani, tidak menyebbkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
Adapun kegunaan dari penambahan gula merah pada pembuatan pestisida nabati adalah sebagai makanan mikroba pengurai agar mikroba dapat berfungsi dengan baik dalam pembuatan pestisida nabati. Selain itu, pemberian air juga merupakan faktor yang sangat penting, karena air berfungsi untuk melarutkan atau mencampurkan seluruh bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati ini. Dalam pembuatan pestisida nabati harus ditutup dan diberi sabun colek agar tidak ada mikroorganisme pengganggu yang bisa masuk yang dapat mengganggu proses penguraian atau proses pembuatan pestisida.

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Mengenal Pestisida Nabati. http://green.kompasiana.com/
              penghijauan/2013/02/15/mengenal-pestisida-nabati-534448.html Diakses pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 03.00 WITA

Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.
Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan rawa
Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar