Senin, 29 April 2013

TEKSTUR TANAH



I.  PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Tanah merupakan suatu system mekanik yang kompleks yang terdiri dari tigfa fase yakni bahan bahan padat, cair, dan gas. Fase padat yang hamper menempati 50% volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya bahan organic.yang terakhir ini dijumpai dalam jumlah yang besar pada tanah organic (organosol). Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang ditempati sebagian oleh fase cair dan gas yang perbandingannya selalu bervariasi menurut musim dan pengolahan tanah. Dengan demikian keempat perbandingan komponen utama tanah partikel inorganik, bahan organic air dan udara sangat bervariasi menurut jenis tanah lokasi dan kedlaman.
            Sifat sifat tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah ,mentukan penetrasi akar didalam tanah, air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Oleh karena itu erat kaitannya jika seseorang berhadapan dengan tanah ia harus sampai berapa jauh sifat sifat tersebut dapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan structural dalam pembangunan jalan raya, bendungan dan fondasi untuk gedung.
Tekstur tanah adalah kasar atau halusnya tanah dari fraksi tanah halus 2mm, berdasarkan perbandingan banyaknya butir butir pasir, debu dan liat (Hardjowigeno, 2003). Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari lapisan lapisan tanah ada juga yang mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah. Perkiraan atau penentuan tekstur tanah diperlukan pada saat menyelidiki tanah tanah dilapangan. Dalam menentukan tekstur tanah dapat digunakan beberapa metode. Metode yang digunakan dilapangan untuk menentukan tekstur tanah yaitu metode feeling, selain itu juga terdapat metode pipet dan metode hydrometer. Untuk melakukan metode ini maka dilakukan analisa tekstur dilaboratorium.
Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas kelas tekstur tanah. Ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah presentase ketiga fraksi tanah tersebut. Misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa presentase pasir (x) 32%, liat (y) 42 % dan debu (z) 26%, berdasarkan diagram segitiga tekstur, maka tanah tersebut masuk kedalam golongan tanah bertekstur liat.
            Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai tekstur tanah untuk mengetahui perbandingan relative antara fraksi pasir, debu dan liat.







1.2    Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum analisa ukuran partikel. adalah untuk mengetahui kelas tekstur  pada setiapa lapisan  tanah serta yang mempengaruhi tekstur tersebut.
Adapun kegunaan percobaan tekstur tanah adalah untuk menambah pengetahuan tentang tekstur dan kaitannya dengan usaha pengolahan tanah lebih lanjut dan penetuan varietas tanaman apa saja yang dapat ditanam pada daerah tanah tersebut.
                                    













II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah kasar dan halusnya tanah dari fraksi tanah halus 2mm, berdasarkan perbandingan banyaknya butir butir pasir, debu dan liat (Hardjowigeno, 2003). Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari lapisan lapisan tanah ada juga yang mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah.Tekstur suatu tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah berlainan, dengan struktur dan konsistensi. Memang kadang kadang didapati perubahan dalam lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaanya atau perkembangannya lapisan permukaan yang baru. Karena sifatnya yang relative tetap untuk jangka waktu tertentuh maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi tanah serta struktur yang turut menentkan tata air dalam tanah yang berupa kecepatan fitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah (Darmawijaya,1990).
Tekstur tanah dapat pula ditetapkan secara kualitatif dilapangn dengan menggunakan perasaan. Tanah yang bisa diletakkan diantara ibu jari dengan jari telunjuk dan kemudian saling ditekan dan dirasakan. Terdapatnya tekstur profil tanah terkadang dapat member keuntungan tetapi, tetapi kadang memberikan kerugian, tergantung pada tingkatan perkembangan tanah sampai batas batas tertentu. Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah, tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir butir pasir debu dan liat. Teksur tanah dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno, 2002).
Pembagian tekstur berdasarkan kelas tekstur terdiri dari:

            https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlNucT4RuEfC9zepPalCS1TbE3daqkhL3qL4suWpX8ZJzjqsZ5X2HsWyI8N8tztf1D11JCk3zb5JFzODvY88PukaNyzv2eQjq37xAemj9A85PxGpGSlpynm6aZloTTnIejpOqU5KC_KqY/s320/segitiga+tekstur.JPG
         Pembagian tekstur berdasarkan kelas tekstur ada 12,hal ini sesuai dengan yang  dikemukakan oleh, ( Hanafiah, 2005).
1.     Pasir (sandy) => Pasir mempunyai ukuran >2mm dan bersifat kasar dan tidak       lekat. Pasir mengikat sedikit air karena pori-porinya besar sehingga banyak            air yang keluar dari tanah akibat gaya gravitasi.
2.     Pasir berlempung (loam sandy) => Tanah pasir berlempung ini memiliki    terkstur yang  kasar. Pasir berlempung ini akan membentuk bola yang mudah hancur karena daya ikat pada partikel-partikel di pasir    berlempung tidak kuat. Dan juga akan sedikit sekali lengket karena memang       kandungan lempungnya yang sedikit.
3.    Lempung berpasir (Sandy loam) => Rsa kasar pada tanah lempung berpasir   akan terasa agak jelas dan juga akan membentuk bola yang agak keras tetapi akan mudah hancur.
4.   Lempung (Loam) => Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
5.    Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam) => Lempung liat berpasir terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan juga dapat membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan akan mudah hancur serta dapat melekat.
6.   Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam) => Lempung liat berdebu memiliki rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola teguh dan gulungan yang mengkilat serta dapat melekat.
7.   Lempung berliat (clay loam) => Lempung berliat akan terasa agak kasar. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur. Daya lekatnya sedang
8.    Lempung berdebu (Silty Loam) => Lempung berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat melekat
9.   Debu (Silt) => Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak lekat.
10.     Liat berpasir (Sandy-clay) => Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar untuk dipijit tetapi mudah digulung serta memilliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
11.    Liat berdebu (Silty-clay) => Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah digulung   serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
12.     Liat (clay) => Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta  memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).                                              










2.2    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Faktor factor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah sebagai berikut:
1.  Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal semusim atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengankut maka air hujan akan mempengarugi: (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah,  (3) sifat fsik tanah. Pengaruh temperatureSetiap kenaikan temperatur C akan meningkatkan penigkatannya laju reaksi kimiawi menjadi 2x lipat. Meningkatkan pembentukan dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatannya temperature
            Hubungan antara temperature dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organic cukup kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah jumlah antara hasil penambha bahan organik + laju mineralisasi bahan organic + kapasitas tanah melidungi bahan organic dari mineralisasi (liat amorf) (Hanafiah, 2005).
2.  Topografi
      Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk.  pada daerah lereng infiltras. Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.
a. Pengaruh slope/lereng
Kemiringan dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan terhambatnya genesis tanah oleh karena  pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
b. Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Tanah yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap olh karena tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung kelabu (gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap.(Hanafiah, 2005)
3.  Organisme Hidup
      Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.(Hanafiah, 2005)
4. Waktu
            Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsure hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam. Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan  tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah, sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah (Hardjowigeno, 2003)
5. Bahan Induk
      Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial  terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen koluvial adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen alluvial biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman alluvial adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan horison terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas partikel inter media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi. Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan organik dan ketebalan solum (horison A+B). (Foth,H.D. 1990).






2.3    Sifat fisik Tanah
Menurut Hardjowigeno, 2003 sifat fisika tanah terdiri dari:
1.        Batas batas horison
        Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan horison horison ini diberikan ke dalam beberapa tingkatan nyata yaitu ( lebar peralihan kurang dari 2,5 cm  dan berangsur
2.      Warna tanah
        Warna tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah karna warnah tanah menunjukan apabila makin tinggi bahan organik , warnah tanah semakin gelap. Didaerah berdrainase buruk  yaitu daerah yg selalu tergenang air seluruh tanah berwarna abu-abu karna senyawa fe terdapat dalam keadaan reduksi(). Pada tanah yang berdrainase baik yaitu tanah  yang tidak perna terendam air  fe terdapat dalam keadaan oksidasi.
3.        Tesktur tanah
        Tekstur tanah menujukkan halus kasarnya  tanah dari fraksi tanah halus (2mm) . tanah dikelompokkan ke dalam beberapa tekstur taanah yaitu: kasar, agak kasar sedang agak halus dan halus
4.        Struktur tanah
        Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir butir tanah struktur ini terjadi karna butir butir pasir debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida oksida besi dan lain lain.
5.        Konsistensi
            Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir butir tanah debgan benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah di olah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
6.      Drainase tanah
         Kelas drainase ditentukan dilapang dengan melihat adanya gejala gejala   pengaruh air dalam penampang tanah.
7.        Bulk density (kerapatan lindak)
                 Bulk density (kerapatan lindak) Menunjukan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah.
8.        Pori pori tanah
            Pori pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air).
9.        Kematangan tanah (Nilai-N)
                 Nilai-n merupkan nilai untuk menunjukkan tingkat kematangn tanah. Tanah yang belum matang seperti lumpur cair sehingga kalu diremas akan muda keluar dari genggaman tangan melalui sela sela jari.




III.  METODOLOGI
3.1     Waktu dan Tempat
Praktikum tekstur tanah dilaksanakan pada hari jumat tanggal 09 november 2012 sekitar pukul 15.00 – selesai, dilaboratorium fisika tanah, jurusan ilmu tanah, fakultas pertanian universitas hasanuddin, Makassar.
3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum tekstur tanah yaitu hydrometer, timbangan, mesin pengocok, silinder, sedimentasi, saringan, corong, sprayer, cawang, botol tekstur, serta thermometer.
              Bahan yang digunakan pada paktikum tekstur tanah yaitu sampel tanah lapisan 1 dan 2, akuades, larutan calgon, kantung plastic gula,karet gelang serata kertas label.
3.3    Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum tekstur tanah yaitu:
1.        Timbang 20 gram tanah kering udara, butir butir tanah ini berukuran kurang dari 2mm.
2.        Masukkan kedalam Erlenmeyer atau botol tekstur dan tambahkan 10 ml calgon 4% dan air secukupnya.
3.        Tutup dengan plastic kocok dengan menggunakan mesin pengocok selama kurang lebih 15 menit
4.        Tuangkan secara kualitatif semua isinya kedaalam silinder sedimentasi 500 ml yang diatasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan bersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
5.        Semprot dengan sprayer sambil diaduk aduk semua suspense yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).
6.        Pasir yang tertinggal dipindahkan kedalam cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian masukkan kedalam oven bersuhu C selama 2 x 24 jam, selanjutnya masukkan kedalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat sebagai C gram)
7.        Cukupkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500 ml
8.        Angkat selinder sedimentasi, sumbat baik baik dengan karet lalu kocik dengan membolak balik tegak lurus  sebanyak 20 kali atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok kedalam silinder sedimentasi lalu aduk naik turun selama 1 menit.
9.        Dengan cepat tuangkan kira kira 3 tetes amil alcohol kepermukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
10.    Setelah 15 detik, masukkan hydrometer kedalam suspense dengan hati hati agar suspense tidak banyak terganggu.
11.    Setelah 40 detik baca dan catat pembacaan hydrometer pertama () dan suhu suspense ()
12.    Dengan hati hati keluarkan hydrometer dari suspense
13.    Setelah menjelang 8 jam masukkan hydrometer dan catat pembacaa hydrometer kedua  dan suhu suspensi  
14.    Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Berat debu dan liat   =   [ ] - 0,5..............(a)
       Berat liat  =  [] – 0,5...............(b)
       Berat Debu  =  Berat (debu dan liat) – berat liat.......(a+b)
15.    Hitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan:
% pasir              =  x 100%
% debu             =  x 100%
% liat                =  x 100%
16.  Masukkan nilai yang didapat ke dalam segitiga tekstur.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan data dari pengukuran dan analisis perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel.1 Hasil Perhitungan Kelas Tekstur Tanah
jenis tanah
lapisan
% pasir
% debu
% liat
Kelas
Inseptisol
I
36,05
59,01
4,93
Debu
inseptisol
II
16,29
77,79
6,01
Debu

4.2 pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan bahwa pada tanah inceptisol, lapisan I memiliki persentase pasir 36,05 %, debu 959,01 %, dan liat 4,93%. Dan pada lapisan II memiliki persentase pasir 16,29%, debu 77,79 %, dan liat 6,01 %. Dari hasil tersebut, lapisan I dan II termasuk kelas tekstur debu. Hal ini disebabkan karena adanya partikel yang sedang, sesuai dengan yang  dikemukakan Foth (1994), bahwa dimana permukaan yang bertekstur debu terasa licin sekali dan agak melekat.
Tekstur debu merupakan tekstur yang licin. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hardjowigeno (2002), bahwa tanah bertekstur debu karena lebih licin maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur licin lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar.
Untuk lapisan pertama dan kedua memiliki tekstur yang sama, yaitu berstektur debu. Untuk lapisan pertama ini terjadi karena persentase debu lebih tinggi dibandingkan  pasir dan liat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sutedjo (1982) bahwa yang  menyebabkan tanah  berstektur debu disebabkan oleh beberapa hal yaitu bahan organik yang disebabkan oleh banyaknya sisa-sisa tumbuhan dan sisa pembuangan lainnya.
Selain itu juga hal lain yang menyebabkan hal diatas adalah permeabiitas atau kemampuan tanah untuk melepaskan air, mineral liat, porositas. Sedangkan lapisan kedua berstruktur debu karena persentase kandungan debu lebih tinggi dibandingkan dengan pasir atau liat. Sesuai dengan segitiga tekstur, dari hasil penggabungan ketiga fraksi tersebut ditemukan 1 titik kelas tekstur yaitu debu.
Tekstur debu kurang baik untuk tanaman yang sifatnya tidak tahan air  karna tekstur liat memiliki menyerap dan menahan air dan unsur hara yang tinggi namun melepaskan air yang rendah pula sehingga kurang baik bagi pertumbuhan tanaman khususnya perumbuhan akar. Jika akar tanaman tergenang air maka akan mengalami busuk akar sehingga pertumbuhan tanaman akan terhambat karna tidak ada transportasi unur hara kebagian daun yang akan diproses oleh fotosintesis untuk tanaman. Namun tekstur debu bisa ditanami tanaman perkebunan.


V.   PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Lapisan pertama memiliki persentase pasir sebesar 36,05%, persentase debu sebesar 59,01% persentae liat sebesar 4,93%, sehingga kelas teksturnya adalah debu.
2.        Lapisan kedua memiliki persentase pasir sebesar 16,29%, persentase debu sebesar 77,79%, persentase liat sebesar 6,01%, sehingga kelas teksturnya adalah debu.
3.        Faktor–faktor yang mempengaruhi tekstur tanah inseptisol yaitu faktor translokasi bahan organik, sifat–sifat tanah tiap–tiap horison, iklim, kedalaman lapisan, kegiatan jasad renik, vegetasi, drainase, kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, aerasi, permeabilitas, kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam memilih lahan untuk pertanian diperhatikan masalah tekstur tanah karena mempengaruhi kandungan bahan organik atau unsur hara yang diperlukan untuk proses tumbuhan serta kemampuannya menyimpan air dan aerasi.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M.Isa,1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University press. Yogyakarta.

Foth, Hendry D. 1990. Dasar-Dasar Ilmu TanahErlangga Gajah Mada University Press:Yogyakarta.

Foth, Hendry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu TanahErlangga Gajah Mada University Press:Yogyakarta.

Hanafiah, Ali Kemas.  2005.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada, Jakara.

Hardjowigono, H.S. 2002. Ilmu Tanah. AkademikaPressindo, Jakarta.

Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta





LAMPIRAN
·         Lapisan I
DIK :
H1         = 10           t1     = 30oC                 C =3,4 gr
H2         = 7             t2       = 2,9oC

a Berat Debu & Liat                        =
 =
 =
 =
 =
 =
 = 6,03 gr

a Berat Liat                          = 
=
=
=
=
= 0,965 – 0,5
= 0,465 gr

a  Berat Debu                        = berat (debu + liat) -berat liat
= 6,03 – 0,465
=  5,565 gr

§  % Pasir                              =     
=
=
= 36,05 %

§  % Debu                             =
=
=
= 59,01%

§  % Liat                               =
=
=
= 4,93%




·         Lapisan II
DIK :
H1         = 11           t1     = 31oC                 C = 1,3 gr
H2         = 7             t2       = 3oC


a Berat Debu & Liat                        =
 =
 =
 =
 =
 =
 = 6,68 gr

a Berat Liat                          = 
=
=
=
=
= 0,98 – 0,5
= 0,48 gr


a  Berat Debu                        = berat (debu + liat) -berat liat
= 6,68 – 0,48
=  6,2 gr

§  % Pasir                              =     
=
=
= 16,29 %

§  % Debu                          =
=
=
= 77,69%

§  % Liat                            =
=
=
= 6,01 %

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar