BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pupuk di definisikan sebagai material yang
ditambahkan ke dalam tanah atau melalui tajuk dengan tujuan untuk melengkapi
ketersediaan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat
tumbuh dan berproduksi optimal. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di
dalam tanah berbeda untuk setiap tanaman.
Tanaman
membutuhkan sedikitnya 13 unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Beberapa unsur hara berada dalam bentuk tersedia dalam semua jenis tanah,
sedangkan unsure lainnya tidak tersedia, sehingga membutuhkan tambahan dari
luar tanah dalam bentuk pemupukan. Unsur hara ini berperan sebagai nutrisi bagi
tanaman, sedangkan system yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman adalah substansi kimia yang konsentrasinya sangat rendah, yang disebut
substansi pertumbuhan tanaman, hormon pertumbuhan tanaman (fitohormon), atau
pengatur pertumbuhan tanaman, yang salah satunya adalah Plant Growth Promoting
Rhizobacteria atau PGPR.
PGPR dapat meningkatkan kualitas
pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon pertumbuhan dengan kemampuan
fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai
osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu
yang dapat membunuh patogen tanaman. Selain itu juga mampu
menyediakan beragam mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau
belerang.
Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu dilakukan percobaan mengenai bagaiman cara pembuatan
PGPR ini yang berguna untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara.
1.2.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik
atau cara-cara pembuatan PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
Adapun
kegunaannya yaitu sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa(i) untuk
meningkatkan keterampilan dalam proses pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan memahami
kelebihan serta kekurangan dari PGPR ini.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
PGPR atau Plant Growth
Promoting Rhizobacteria atau Rhizobakteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT)
merupakan spesies bakteri rizosfer (di sekitar perakaran) yang mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Bakteri tersebut
hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan
mikroorganisme ini akan sangat menguntungkan. Kelompok bakteri PGPR ini yaitu Bacillus,
Rhizobium dan Pseudomonas (Anonim1, 2012).
Bakteri ini
memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. Fungsi
PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu
mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Selain itu, PGPR juga
meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga.
PGPR juga bisa memproduksi hormon tanaman, menambah bakteri dan cendawan yang
menguntungkan serta mengontrol hama dan penyakit tumbuhan (Anonim1, 2012).
Bakteri pemacu tumbuh
secara langsung memproduksi fitohormon yang dapat menginduksi pertumbuhan.
Peningkatan pertumbuhan tanaman dapat terjadi ketika suatu rizobakterium
memproduksi metabolit yang berperan sebagai fitohormon yang secara langsung
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Metabolit yang dihasilkan selain berupa
fitohormon, juga antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon
atau hormon tumbuh yang diproduksi dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin,
etilen, dan asam absisat (Anonim1,
2012).
Bakteri pemacu tumbuh
secara tidak langsung juga menghambat patogen melalui sintesis senyawa
antibiotik, sebagai kontrol biologis. Beberapa jenis endofitik bersimbiosis
mutualistik dengan tanaman inangnya dalam meningkatkan ketahanannya terhadap
serangga hama melalui produksi toksin, di samping senyawa anti mikroba seperti
fungi Pestalotiopsis microspora, dan Taxus walkchiana yang memproduksi taxol
(zat antikanker) (Anonim1, 2012).
PGPR ini pertama kali
diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka menemukan bahwa
keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan
tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya
akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit (Anonim2, 2011).
Rizobakteri yang bermanfaat
dinamakan Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR). Oleh karena itu, PGPR
dapat dipertimbangkan secara fungsional sebagai bakteri bermanfaat yang
mengkolonisasi akar (Anonim2, 2011).
Efek PGPR pada tanaman yang diiinokulasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
mendukung pertumbuhan tanaman dan pengendali secara biologis (biokontrol).
Meskipun secara konseptual kedua efek ini sangat berbeda, dalam prakteknya
sangat sulit bahkan hampir tidak mungkin untuk menentukan perbedaan dan batas
antara keduanya. Strain PGPR Pseudomonas fluoresens dipilih untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil dari tanaman kentang, tetapi gagal mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi gnotobiotic. Dan growth
promotion yang terjadi pada kondisi tanah lapang berkaitan dengan reduksi
populasi rizoplan asli, yaitu fungi dan bakteri (Anonim2, 2011).
Menurut Bowen (1999) yang menyatakan bahwa apabila dilakukan evaluasi PGPR
dalam penelitian lapangan atau tanah lapangan yang disimpan dalam penelitian
greenhouse, memungkinkan untuk menggambarkan efek yang teramati dari PGPR pada
tanaman inang secara prinsip sebagai pendukung pertumbuhan atau biokontrol
dengan mencatat perkembangan pertumbuhan tanaman dan simptom yang terjadi
selama pertumbuhan tanaman.
Selain itu, menurut Bowen (1999) biokontrol terhadap fitopatogen tampaknya
menjadi mekanisme utama dari PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).
Penekanan fitopatogen merupakan hasil dari produksi metabolit sekunder atau
datang pada tanaman dengan sendirinya sebagai sistem pertahanannya. PGPR
berbasis inokula seharusnya dapat bersaing dengan mikroorganisme indigenous dan
dengan efisien mendiami daerah perakaran tanaman untuk melindunginya.
Kisaran
Tanaman Inang bagi PGPR
Menurut
Gardner (1991) tanaman inang bagi bakteri PGPR memiliki kisaran yang cukup
luas, di antaranya adalah :
a.
Barley
Iswandi et al. (1987)
meneliti efek “rhizopseudomonad” strain 7NSK2 yang diisolasi dari kultur
hidroponik tanaman barley, terhadap barley yang ditumbuhkan di lapangan. Bobot
kering tanaman yang mendapat perlakuan PGPR meningkat dari 5 – 20% dibandingkan
dengan kontrol tanpa PGPR.
b.
Kedelai
Strain Pseudomonas putida
mengkolonisasi akar lateral dan akar utama tanaman kedelai (Phaseolus vulgaris
L.) dalam kultur hidroponik. Dihasilkan peningkatan kadar lignin dalam akar,
bobot tanaman meningkat dalam perlakuan P. putida setelah diinokulasi dengan
Fusarium solani f. sp. phaseoli.
c.
Kanola
Potensi untuk mendapatkan
peningkatan hasil pada kanola (Brassica campestris L dan B. napus L.) melalui
perlakuan PGPR dilaporkan pada tahun 1988. Lebih dari 4000 strain bakteri
dikumpulkan dari zona akar dan secara individu dievaluasi untuk tumbuh pada
temperatur 4 – 14oC, metabolisme eksudat benih, kemotaksis terhadap
aspargin dan kolonisasi akar. 887 dari strain ini diuji kemampuan growth
promotornya alam percobaan green house menggunakan tanah dari lapangan. 35
strain meningkatkan area daun, 13 strain meningkatkan hasil sampai 57% selama 2
tahun, 3 strain meningkatkan hasil 6 – 13% selama 2 tahun. Strain PGPR yang
diidentifikasi dalam pengujian ini termasuk P. putida, P. fluorescens, Serratia
liquefaciens, P. putida biovar B, dan Arthrobacter citreus.
d.
Kapas
Dua strain dari P.
fluorescens yang ditapis (di-screening) untuk antagonisme secara in vivo pada 2
patogen tanaman, jamur dan bakteri, meningkatkan bobot tanaman 8 – 40% pada
tanaman kapas berusia 4 minggu dalam percobaan green house dengan tanah
lapangan.
e.
Jagung
Evaluasi
lapangan terhadap pseudomonad PGPR pada jagung dilakukan selama 5 tahun. Strain
bakteri diseleksi sebagai growth promotor pada percobaan green house dalam
berbagai kondisi pertumbuhan di mana secara visual terlihat terjadi pemacuan
pertumbuhan dan peningkatan bobot kering tanaman. Pada percobaan lapangan,
strain mengkoloni akar pada kepadatan populasi rata-rata Log 3 cfu/cm akar dan
mempengaruhi peningkatan hasil dari 3 – 3,5 bu/acre dibandingkan dengan kontrol
pada berbagai lokasi sekitar 5 tahun.
f.
Kacang-kacangan
Strain A-13 dari Bacillus
subtilis diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kacang di lapangan.
Penelitian berikutnya mengindikasikan bahwa strain mempengaruhi peningkatan
produksi sekitar 14 – 24%. Strain A-13 ini tidak seperti kebanyakan strain
Bacillus sp., di mana A-13 adalah pengkoloni akar. Kolonisasi akar berkaitan
dengan peningkatan keseluruhan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan akar yang lebih
cepat dan lebih tersedianya nutrisi tanaman. Oleh karena itu strain A13 ini
dinyatakan termasuk dalam golongan PGPR.
g.
Padi
Sakthivel et al. (1986)
mengisolasi strain P. fluorescens dari rizosfer berbagai tanaman dan strain
terseleksi menunjukkan spektrum lebar secara in vitro dalam hal antibiosis
terhadap fungi dan bakteri patogen. Pada saat strain ini dilapiskan pada benih
padi yang ditanam dalam pot menggunakan tanah dari lapangan, 4 strain
menginduksi peningkatan tinggi tanaman sekitar 12 – 14% lebih tinggi.
h.
Tanaman sayuran
Pengaruh beberapa bakteri yang mengkolonisasi akar pada tanaman sayuran
dilaporkan dalam kolaborasi bilateral (Elad et al., 1987). Perlakuan biji
dengan bakteri dalam percobaan pot meningkatkan bobot kering dua minggu setelah
penanaman untuk tomat, lada, tembakau, ketimun, dan melon. Allelix Crop
Technologies, perusahaan bioteknologi Kanada, telah mengevaluasi PGPR, yang
pada awalnya dipilih untuk meningkatkan pertumbuhan canola, pada tanaman
sayuran (R. Lifshitz, komunikasi pribadi). Beberapa strain pseudomonads
flourescent dan Serratia spp. membantu pertumbuhan sebagaimana dibuktikan oleh
peningkatan
bobot kering pucuk dan akar dalam percobaan
di rumah kaca dengan tanah lapangan pada tomat, ketimun, jagung manis, wortel,
dan seledri.
2.2.
Kelebihan dan Kekurangan PGPR
Berikut ini
adalah kelebihan dan kekurangan dari PGPR yaitu (Deni, 2008) :
Berikut
kelebihan dari PGPR diantaranya :
·
Menambah fiksasi nitrogen di tanaman
kacang – kacangan
·
Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi
nitrogen bebas
·
Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain
seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
·
Memproduksi hormon tanaman
·
Menambah bakteri dan cendawan yang
menguntungkan
·
Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan
Adapun kekurangan dari PGPR ini, yaitu :
·
Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di laboratorium dengan
di lapangan kadang – kadang berbeda.
·
Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam
bentuk yang optimum baik vialibilas maupun biologinya selama diaplikasikan di
lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan re-inokulasi setelah
diaplikasikan di lapangan seperti Rhizobia.
·
Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi / kebijakan
suatu negara. Di beberapa negara kontrol terhadap produksi agens antagonis ini
sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif pada manusia.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di
Laboratorium Bioteknologi Pertanian, gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP)
lantai 4, Universitas Hasanuddin. Pada hari Jumat, 5 April 2013 pukul 07.30
WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) adalah ember dan tutupnya, pengaduk,
kompor, dan panci.
Bahan
yang digunakan dalam pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) adalah
akar rumput gajah, gula merah yang sudah dicairkan,
dedak, air, sabun colek, dan lakban.
3.3. Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja pada praktikum pembuatan Mikro organism Lokal
(MOL) ini adalah
sebagai berikut :
·
Menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan
·
Memanaskan air terlebih
dahulu karena air yang digunakan harus air hangat
·
Setelah mendidih,
menuangkan air tersebut ke dalam ember.
·
Memasukkan gula merah
yang telah dicairkan
·
Memasukkan dedak sambil
mengaduk semua bahan di dalam ember
·
Memasukkan akar rumput
gajah yang telah dibersihkan
·
Melakukan pengadukan
secara merata.
·
Bila masih perlu gula
merah, tuangkan lagi gula merah yang masih tersisa dan ditambahkan air
·
Menutup ember, kemudian
olesi mulut ember dengan menggunakan sabun colek.
·
Menutup ember lalu
diolesi sabun colek disekeliling tutupnya.
·
Memberikan lakban
disekeliling ember dengan serapat mungkin.
BAB IV
HASL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil
pada praktikum Pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), yaitu :
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
![]() |
Air yang sudah dipanaskan dan masih dalam keadaan
hangat dituangkan ke dalam ember
|
2.
|
![]() |
Masukkan gula merah ke dalam ember
|
3.
|
![]() |
Sambil diaduk, kemudian tambahkan dedak
|
4.
|
![]() |
Aduk hingga semua bahan tercampur
|
5.
|
![]() |
Masukkan
akar rumput gajah yang telah dibersihkan
|
6.
|
![]() |
Lakukan
pengadukan lagi hingga semua bahan tercampur secara merata
|
7.
|
![]() |
Tambahkan
gula merah yang masih tersisa, air dan akar rumput gajah. Dan aduk lagi
sampai semuanya benar-benar telah menyatu
|
8.
|
![]() |
Olesi
sabun colek disekeliling ember dan setelah itu lakban serapat mungkin.
|
4.2. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat kita ketahui bahwa Beberapa
spesies bakteri rizosfer (di sekitar perakaran) yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman
sering disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) atau Rhizobakteria
Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT). RPPT terdiri atas genus Rhizobium,
Azotobacter, Azospirillum, Bacillus, Arthrobacter, Bacterium, Mycobacterium,
dan Pseudomonas
Bakteri pemacu tumbuh secara langsung memproduksi fitohormon
yang dapat menginduksi pertumbuhan. Gardner (1991)
menyebutkan bahwa peningkatan
pertumbuhan tanaman dapat terjadi ketika suatu rizobakterium memproduksi
metabolit yang berperan sebagai fitohormon yang secara langsung meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Metabolit yang dihasilkan selain berupa fitohormon, juga
antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon atau hormon tumbuh
yang diproduksi dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam
absisat
Bakteri pemacu tumbuh secara tidak langsung juga menghambat
patogen melalui sintesis senyawa antibiotik, sebagai kontrol biologis. Menurut Bowen
(1999) beberapa
jenis endofitik bersimbiosis mutualistik dengan tanaman inangnya dalam
meningkatkan ketahanannya terhadap serangga hama melalui produksi toksin, di
samping senyawa anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis microspora, danTaxus
walkchiana yang memproduksi taxol (zat antikanker)
Pertumbuhan tanaman distimulasi PGPR secara tidak langsung
dengan cara mereduksi aktivitas organisme lainnya, sehingga dinamakan
biokontrol. Sebaliknya, beberapa strain PGPR mendukung pertumbuhan tanaman
secara langsung dalam ketiadaan mikroflora asli rizosfer. Bowen
(1999) menyebutkan bahwa meskipun inhibisi dari mikroflora asli tidak terlibat dengan
growth promotion, biokontrol dapat terjadi pada saat PGPR diuji dalam kajian
penyakit atau pada percobaan lapang dengan patogen asli.
Pada pembuatan PGPR ini
kita menggunakan akar Rumput Gajah karena akar ini bisa bersimbiosis dengan
jamur Mikoriza yang bisa meningkatkan unsure mikro tanah yaitu Mg, Cu, Mn, Fe,
dll. Fungsi dedak antara lain melindungi kariopsis dari
kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Selain itu juga digunakan
gula merah. Gula merah ini bertindak sebagai molase
yang merupakan sumber energy bagi mikroorganisme yang akan menguraikan atau
fermentasi dari bahan dasar dari pupuk organik cair ini.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1. PGPR adalah sejenis bakteri yang
hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni
menyelimuti akar tanaman..
2. Fungsi PGPR
bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu
mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai
tambahan bagi kompos dan mempercepat proses pengomposan.
3. Bagaimana
bakteri PGPR dapat memacu pertumbuhan karena
Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi nitrogen bebas.
Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi nitrogen bebas.
5.2.
Saran
Sebaiknya
praktikan lebih aktif dalam pembuatan PGPR ini agar dapat mengerti proses
secara keseluruhan dalam pembuatan PGPR ini dan sebaiknya asisten menjelaskan
lebih detail tentang materi PGPR ini dan menjelaskan kelebihan dari bahan-bahan
yang digunakan pada pembentukan PGPR ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2012. Pembuatan dan Pengaplikasian PGPR pada tanaman. http://kuliahagroteknologi.blogspot.com/2012/06/pembuatan-dan-pengaplikasian-pgpr-plant.htlm. Diakses pada hari Senin tanggal 8 April 2013 pukul 23.00 WITA
Anonim2. 2011. Cara Membuat PGPR, Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman. http://bpplentengsumenep.blogspot.com/2011/05/cara-membuat-pgpr-bakteri-pemacu.html Diakses pada hari Senin tanggal 8 April 2013 pukul 23.35 WITA
Deni, Ejar Irmawan. 2008. Bakteri Rhizosfer Pemacu Pertumbuhan (PGPR). http://www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=72 Diakses pada hari Selasa tanggal 9 April 2013 pukul 00.05 WITA
Bowen, G. D., and Rovira, A. D. 1999. The rhizosphere and its management to
improve
plant growth. Adv. Agron.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchel.
1991. Fisiologi tanaman budidaya.
Terjemahan.
H. Susilo, Subiyanto (Ed). Jakarta:UI Press.
Interaksi Tumbuhan Mikroba
BalasHapus